Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh,
Banyak ahli mengatakan dan memang kitapun menyaksikan lompatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang konon sudah hampir sampai kepada puncaknya peradaban manusia. Sebagai muslim tentu saja kita turut berbahagia dan ikut menikmati kemajuan peradaban ini bahkan seharunya ummat Islam pun tidak boleh ketinggalan untuk berkontribusi di dalamnya. Walau faktanya, kemajuan peradaban ini secara umum dimotori dan distribusikan oleh golongan non muslim.
Ummat Islam bertaqwa di duniapun pasti berbahagia karena hidupnya dalam petunjuk serta bimbingan sang maha pencipta Alloh SWT. Bahagia itu ada dalam kemuliaan hati bukan pada gelimang harta atau pada tingginya pangkat-jabatan. Oleh karena itulah, sangat banyak orang bergelimang harta-berjabatan tinggi tanpa keimanan-keislaman-ketaqwaan malah berakhir dalam kesengsaraan jiwa-keputusasaan hidup dan kenistaan harga diri.
Dengan demikian kaderisasi ummat yang dimulai dengan pendidikan putra-putri usia belajar dari keluarga muslim sudah tidak harus ragu lagi untuk dibina di lembaga-lembaga pendidikan Islam pondok pesantren, khususnya untuk para anak didik usia golden age tingkat dasar-menengah sebelum masuk ke jenjang pendidikan tinggi atau hidup di tengah masyarakat.
Apalagi belakangan ini, hiruk-pikuk lingkungan kaula-muda bahkan sampai ke usia anak-anak sudah banyak menghawatirkan para orangtua. Celakanya, pada saat yang sama kita sbagai orangtua harus mengalah atas kemauan anak-anaknya karena kasih sayang yang salah kaprah. Sangat banyak orangtua yang sudah mengeluh dalam mengawasi dan mendidik anak-anaknya. Namun kita sebagai orangtua sekarang kadang juga aneh, sudah tahu banyak madaratnya bagi anak, malah orangtua juga yang memfasilitasinya.
Sebenarnya tidak salah juga jika memilihkan pendidikan bagi anak dengan mempertimbangkan masa depan anak yang selalu dikaitkan dengan harapan-harapan ke-ekonomian (rizki). Namun fakta kehidupan sering menampilkan hal berbeda. Sangat banyak kita saksikan ketidak-linieran antara ilmu hasil pendidikan dengan kenyataan ke-ekonomian. Ada hanya lulusan SD hidup berkecukupan, malah lulusan pendidikan tinggi berkekurangan bahkan bisa jadi pengangguran. Dalam hal ini saya hanya ingin menggaris- bawahi jangan sampai “maksud hati memeluk gunung, apa daya gunung meletus”. Ketika anak mencari ilmu, janganlah terlalu yakin untuk dibebani masa depannya dalam kaitan ke-ekonimian seperti untuk menjadi “pegawai” atau lainnya. Niatkanlah oleh anak dan orangtuanya bahwa keharusan mencari ilmu adalah ketaatan mengamalkan kewajiban agama (Islam) atas perintah Alloh dan Rosul-Nya. Adapun kelak anak akan menjadi apa, biarlah air mengalir, boleh direncankan namun tidak boleh jadi keniscayaan, semoga saja justru Alloh SWT telah menetapkan yang terbaik.
Lembaga pendidikan Pondok Pesantren bagi Ummat Islam memang layak menjadi pilihan tempat anak belajar. Di pesantren, anak berada di lingkungan asrama yang terbatas bergaul hanya dengan sesama santri/siswa dan para gurunya. Anak-anak dibimbing hidup tertib dengan kegiatan dan jadwal yang sudah diatur sebagaimana mestinya dan sebagaimana layaknya hidup tertib tanpa ada kegiatan yang aneh-aneh.
Sesuai kedudukan dan tugasnya, sehari-hari para santri dibimbing mengaji, beribadah, belajar, dan melakukan kegiataan-kegiatan positif lainnya seperti olahraga, keterampilan/koputerisasi, kepramukaan, praktikum percakapan bahasa asing, dll. Semuanya ini bisa dilakukan karena para santri selama 24 jam bertempat dalam satu komplek berasrama.
Semoga Alloh SWT memberikan petunjuk dan membimbing ke jalan yang diridhoi-Nya untuk mencapai ridho-Nya. Selamat belajar di pesantren.